November 21, 2010

Etika Profesi - Kasus Enron

Contoh kasus yang berhubungan dengan Profesi akuntan Publik yaitu kasus Keterlibatan Akuntan Publik ternama di Amerika yaitu Arthur Andersen cabang Huston, Texas. Di balik kecurangan / Kebohongan publik yang dilakukan oleh Perusahaan Raksasa Amerika yaitu Enron. Sangat ironis sekali Bayangkan, sebuah perusahaan beromzet US$ 100 miliar sekonyong-konyong kolaps dan harus menanggung rugi tak kurang dari $ 50 miliar. Dibandingkan dengan harga pada Agustus 2000, harga sahamnya terjungkal hingga tinggal seperduaratusnya. Simpanan dana pensiun $ 1 miliar milik 7.500 karyawan amblas karena manajemen Enron menanamkan dana tabungan karyawan itu untuk membeli sahamnya sendiri. Pelaku pasar modal kehilangan $ 32 miliar.
Inilah sebuah rekor kebangkrutan bisnis terburuk di Amerika sepanjang sejarah. Ironisnya, tragedi ini justru terjadi di negeri yang otoritas pasar modalnya sangat ketat menerapkan standar transparansi dan pembeberan (disclosure) bagi perusahaan publik. Kontroversi demi kontroversi segera saja mengiringi proses penyelidikan sebab-sebab kebangkrutan itu. Pertama-tama, diketahui bahwa manajemen Enron telah melakukan window dressing, memanipulasi angka-angka laporan keuangan agar kinerjanya tampak kinclong. Tak kepalang tanggung, pendapatan di-mark-up dengan $ 600 juta, dan utangnya senilai $ 1,2 miliar disembunyikan dengan teknik off-balance sheet. Auditor Enron, Arthur Andersen kantor Huston, dipersalahkan karena ikut membantu proses rekayasa keuangan tingkat tinggi itu. Manipulasi ini telah berlangsung bertahun-tahun, sampai Sherron Watskin, salah satu eksekutif Enron yang tak tahan lagi terlibat dalam manipulasi itu, mulai "berteriak" melaporkan praktek tidak terpuji itu. Keberanian Watskin yang juga pernah bekerja di Andersen inilah yang membuat semuanya menjadi terbuka. Kontroversi lainnya adalah mundurnya beberapa eksekutif terkemuka Enron dan "dipecatnya" sejumlah partner Andersen. Terbongkar juga kisah pemusnahan ribuan surat elektronik dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan audit Enron oleh petinggi di firma audit Arthur Andersen. Kini, Arthur Andersen sedang berjuang keras menghadapi serangan bertubi-tubi, bahkan berbagai tuntutan di pengadilan. Diperkirakan tak kurang dari $ 32 miliar (!) harus disediakan Arthur Andersen untuk dibayarkan kepada para pemegang saham Enron yang merasa dirugikan karena auditnya yang tidak becus. Ratusan mantan karyawan yang marah juga sudah melayangkan gugatan kepada Andersen, yang tentu akan menambah beban Andersen. Di luar itu, otoritas pasar modal dan hukum Amerika Serikat pasti akan memberi sanksi berat jika tuduhan malapraktek itu terbukti. Majalah Business Week mensinyalir kecilnya peluang Arthur Andersen untuk bertahan karena beratnya risiko yang harus dihadapi akibat malapraktek itu. Cerita tak berhenti sampai di sini. Belakangan, salah satu mantan petinggi Enron tewas bunuh diri karena tak tahan menghadapi tekanan bertubi-tubi. Ibarat telah menabur angin, berbagai pihak yang dahulu asyik memetik keuntungan haram kini sibuk menuai badai. Menghadapi fakta-fakta dramatis di atas, para akuntan publik pasti bertanya: apakah fair menuduh profesi akuntan publik sebagai pihak yang paling bertanggung jawab? Sejumlah pertanyaan susulan juga dikemukakan: bukankah manajemen perusahaan yang mengambil keputusan? Bukankah ada penasihat keuangan yang turut merancang skenario rekayasa? Di mana peran penasihat hukum yang ikut "mengamankan" aspek legalnya? Bagaimana dengan akuntan internal yang mengerjakan langkah demi langkah rekayasa culas itu? Menjawab pertanyaan itu, tentu tidak adil menuduh auditor independen sebagai satu-satunya pihak yang harus bertanggung jawab. Skandal Enron, tak bisa dimungkiri, merupakan kejahatan ekonomi multidisiplin. Segelintir penguasa informasi telah menipu banyak pihak yang sangat awam tentang seluk-beluk transaksi keuangan perusahaan. Mereka terdiri dari para profesional-CEO, akuntan, auditor, pengacara, bankir, dan analis keuangan-yang telah mengkhianati tugas mulianya sebagai penjaga kepentingan publik yang tak berdosa. 
Sumber
Pendapat:
Bangkrutnya sebuah usaha memang menjadi tanggung jawab banyak pihak, dalam kedudukannya sebagai auditor, tanggung jawab Arthur Andersen dalam kasus Enron sangatlah besar. Berbeda dengan profesi lainnya, auditor independen bertanggung jawab memberikan assurance services. Sementara manajemen, dibantu oleh para pengacara, penasihat keuangan, dan konsultan, menyajikan informasi keuangan, akuntan publik bertugas menilai apakah informasi keuangan itu dapat dipercaya atau tidak. Dalam hal ini terdapat tuntutan beretika yang baik, yaitu memberikan informasi yang sebenar-benarnya. Dengan tidak menutup-nutupi fakta yang ada. Baik atau buruknya hasil temuan merupakan hal yang harus diterima karena tugas dari seorang auditor adalah menerbitkan laporan(dalam bentuk pernyataan) mengenai baik atau tidaknya kualitas suatu laporan keuangan perusahaan.
Hilangnya obyektivitas dan independensi dapat membuat penglihatan auditor menjadi kabur. Penyimpangan (irregularities) dan kecurangan (fraud) akan dianggap sebagai kelaziman. Kegagalan untuk bersikap obyektif dan independen sama artinya dengan hilangnya eksistensi profesi. Membenarkan, bahkan menutupi, perilaku manajemen yang manipulatif jelas-jelas merupakan pengkhianatan terhadap tugas "suci" profesi akuntan publik.
Laku-tidaknya informasi tentang kinerja suatu perusahaan sangat bergantung pada hasil penilaian akuntan publik itu. Kata "publik" yang menyertai akuntan menunjukkan bahwa otoritasnya diberikan oleh publik dan karena itu tanggung jawabnya pun kepada publik (guarding public interest). Sementara itu, kata "wajar tanpa pengecualian", yang menjadi pendapat akuntan publik, mengandung makna bahwa informasi keuangan yang telah diauditnya layak dipercaya, tidak mengandung keragu-raguan. Karena itu, dalam menjalankan audit, akuntan wajib mendeteksi kemungkinan kecurangan dan kekeliruan yang material. Kalau saja auditor Enron bekerja dengan penuh kehati-hatian (due professional care), niscaya manipulasi yang dilakukan manajemen dapat dibongkar sejak dulu dan kerugian yang lebih besar dapat dicegah lebih dini. Buktinya, si pemberani Watskin dengan mudah dapat menemukan manipulasi itu.
Maka dari uraian di atas sangat wajar jika, dalam kasus Enron auditor paling dipersalahkan karena telah gagal melindungi kepentingan public.
 

No comments:

Post a Comment